Wednesday, February 16, 2011

Berjualan “Rujak Bebek”, Omsetnya Melebihi Pekerjaan Utama

Bandung (BB) -- Profesi berdagang ditekuni sebagian besar masyarakat Indonesia. Salah satu profesi pedagang yang saat ini mulai termarginalkan, yaitu pedagang rujak bebek. Padahal, dari berjualan rujak bebek, salah satu pedagang asal Tasikmalaya bisa mendapatkan penghasilan yang lebih besar daripada pekerjaan utamanya.
Uud (44 tahun) tampak semangat menumbuk buah-buahan dan berbagai bumbu seperti gula merah dan cabai rawit. Panasnya udara Pangandaran, tak menyurutkan semangatnya untuk berjualan. Ia menuturkan, profesi ini hanyalah sampingan yang telah dijalani sejak tahun 1975, sejak lulus dari Sekolah Rakyat.. Sebenarnya, profesi utama Uud adalah berjualan pakaian.
Dulu, sebelum berjualan di Pangandaran, Uud sempat “ngider” di Tasikmalaya, membawa bakul rujak bebeknya. Tapi, sekitar tahun 1984, Uud pun hijrah ke Pangandaran karena melihat potensi berjualan yang lebih besar. Sejak pukul 9 pagi hingga 4 sore, Uud berkeliling Pangandaran, menawarkan jajanan yang segar dan pedas tersebut.
Dari profesinya ini, Uud bisa memperoleh penghasilan hingga 400.000 rupiah dalam sehari. Jika dikurangi modal yang harus dikeluarkan, dalam sehari Uud mendapatkan keuntungan 200.000 rupiah. Jumlah keuntungan yang diperoleh Uud dari berjualan rujak bebek, ternyata jauh lebih besar dibandingkan keuntungannya berjualan baju. “Kalau jualan baju mah banyak yang kredit ataupun ngutang, jadi keuntungannya sedikit,” ujar Uud sambil mengiris-iris buah kedondong. Meski saat ini usaha jualan baju yang ditekuninya telah merambah Kota Lampung, Uud tetap mengandalkan keuntungan dari berjualan rujak bebek.
Untuk mempertahankan penghasilannya, Uud pun terpaksa harus hidup jauh dari keluarganya. Uud pulang ke Tasikmalaya dalam jangka waktu sebulan sekali. Sedangkan untuk mengevaluasi dagangannya di Lampung, Uud biasanya pergi ke kota di Pulau Sumatera tersebut 3 bulan sekali.
Dari hasil berjualan rujak bebek, Uud bisa menyekolahkan anaknya hingga ke perguruan tinggi. Saat ini, pria lulusan Sekolah Rakyat atau SR ini, memiliki 3 orang anak. Anak pertamanya sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi, anak keduanya di STM, dan anak ketiganya di Sekolah Dasar.
Upaya untuk menyekolahkan anak dan menghidupi keluarganya tidak hanya dilakukan Uud. Istri Uud kini pun berjualan mie ayam dan baso di Tasikmalaya, untuk membantu penghidupan keluarga tersebut.

(C-002) file Bisnis Bandung ed.7 bln. Februari 2011

Produksi Ikan dari Saguling dan Cirata Turun Akibat Kualitas Air Memburuk

BANDUNG, BB --- Budi daya ikan pada keramba jaring apung (KJA) yang dikelola para petani di bendungan PLTA Saguling dan Cirata, cenderung terus merugi, akibat limbah industri dan rumah tangga yang dibuang ke Sungai Citarum yang menjadi sumber air kedua bendungan. Budi daya KJA merupakan kebijakan alternatip setelah warga yang lahan dan permukimannya tergenang kedua pembangkit listrik itu, menolak bertransmigrasi.
PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) Saguling yang dibangun tahun 1985, menggenang lahan seluas 6.300 hektar dengan jumlah penduduk yang harus meninggalkan area tsb lebih dari 10.000 kepala keluarga. Kemudian PLTA Cirata dibangunan pada tahun 1988 dengan luas areal sekitar 6.700 hektar dengan jumlah penduduk yang harus meninggalkan kampung halamannya sebanyak 27.800 orang atau sekitar 6.335 KK.
Dr.Ir Kusnadi Wikarta, peneliti dari Fakultas Pertanian Unpad kepada BB yang menghubunginya mengatakan, kebijakan pemerintah untuk memukimkan penduduk yang terkena dampak proyek tersebut antara lain melalui transmigrasi. Namun hanya 3% yang terkena proyek PLTA Saguling yang bersedia transmigrasi, sementara yang terkena PLTA Cirata hanya 11 % yang bersedia . Mereka sebagian besar memilih bermukim di daerah sekitar bendungan.
Untuk mengatasi permasalah itu, pihak PLN merekomendasikan untuk menjadikan area genangan sebagai sumber penghidupan melalui pengembangan perikanan tangkap (fish capture) dan budi daya ikan keramba jaring terapung (floating net cage aquaculture).
Menurut Kusnadi, KJA sejalan dengan program pemerintah tentang revitalisasi pertanian, perikanan dan kehutanan. Idealnya program itu untuk mendorong kesejahteraan rakyat. Limbah industri, rumah tangga yang dibuang ke aliran sungai dan bermuara di bendungan Saguling dan Cirata berpengaruh terhadap kualitas air yang berdampak pada produksi ikan. Dalam kurun waktu empat tahun terakhir, dari sekitar 12.000 KJA hanya mampu berproduksi antara 3.000 sampai 4000 ton/tahun, sedang sebelumnya mampu menghasilkan antara 5000 – 8000 ton/tahun. Turunnya kualitas air akibat tercemar limbah, petani melakukan alih pengembangan ikan. Semula dikembangkan ikan emas, tapi karena jenis ikan ini kurang kuat, petani melakukan adaptasi usaha dengan mengembangkan ikan nila, patin, lele, gurame dan ikan boboso. Jenis ikan ini agak tahan hidup pada kualitas air yang tercemar limbah.
Dari penjualan jenis ikan terebut , petani masih bisa mendapatkan hasil rata-rata antara Rp 700.000,00 sampai Rp 1.250.000,00/kolam ukuran 7x 7 x 2,5 meter.
Para petani ikan di area bendungan Saguling dan Cirata, sebagian besar meninggalkan usahanya. “Untuk mempertahankan usahanya, petani melakukan pengurangan jumlah penebaran bibit. Selain mengganti penebaran ikan emas dengan jenis ikan yang tahan terhadap pencemaran,” tutur Kusnadi Wikarta.
Beban Pencemaran Meningkat .
Menjawab pertanyaan tentang beban pencemaran yang masuk ke bendungan Saguling dan Cirata, Kusnadi Wikarta mengemukakan, pencemaran air bendungan Saguling dan Cirata ada beberapa penyebabnya. Diantaranya, pencemaran yang berasal dari pakan ikan serta dari luar (aliran air ) yang masuk ke bendungan berupa limbah industri, limbah pasar, pertanian dan limbah rumah tangga (cair dan sampah). Pencemaran dari sungai berasal dari daerah aliran sungai (DAS) Citarik, Cikapundung, Cisarea. Cisangkuy, Ciwidey, Cihaur dan Ciminyak.
Berdasar hasil penelitiannya Kusnadi memperkirakan, potensi limbah/sampah yang masuk ke perairan PLTA Saguling khususnya, akan terus meningkat. Tendensi itu mulai terdeteksi sejak tahun 2000, jumlah limbah/sampah mencapai 360.904 m2/tahun. Dan tahun 2010 lalu mencapai 6.862.643 m2/tahun
Keterangan yang diperoleh BB, dari sekitar 500 industri, 80% berada di kawasan DAS Citarum, tersebar di wilayah Bandung Timur, Majalaya, Banjaran dan Cimahi. Kurang lebih 75 % adalah industri tekstil, lainnnya berupa industri makanan/minuman, farmasi , industri logam, rumah sakit dan rumah potong hewan.
(B-003) *** file : BISNIS BANDUNG ed. 7 bln. Februari 2011

Keluarga Berencana dan Krisis Pangan

BANDUNG (BB) --- Pertumbuhan penduduk di Jawa Barat hingga saat ini masih menjadi permasalahan. Oleh karena itu, Gubernur Jawa Barat menargetkan, tahun 2011 angka kelahiran turun sekitar 0,3% hingga 0,5%. Hal tersebut terungkap dalam Rakerda Program KB di Pangandaran, Selasa siang.
Saat ini, di Indonesia, setidaknya 4 koma 5 juta bayi lahir dalam setahun, 25 persen di antaranya lahir di Jawa Barat. Tingginya angka kelahiran mengakibatkan masalah yang cukup serius dalam hal pembangunan. Implikasi yang dikhawatirkan dari tingginya angka kelahiran, yaitu tidak adanya fasilitas kehidupan yang memadai. ”Pertambahan penduduk tidak terkendali mengakibatkan krisis pangan, meningkatnya angka kriminalitas, dan kualitas pendidikan tak terperhatikan, itu akan jadi masalah,” ujar Ahmad Heryawan. Oleh karena itu, pertumbuhan penduduk harus dikendalikan.
Pada tahun 2010, penurunan angka kemiskinan hampir mencapai 1%. ”Program pendidikan, kesehatan, keberpihakan kepada infrastruktur, pertanian secara menyeluruh, perdagangan dan investasi, itu semua mempengaruhi tingkat angka kemiskinan,” kata Ahmad Heryawan,” jadi program mengurangi kemiskinan merupakan program multi-steakholder,”kata Gubernur Jabar pada acara Jumpa Bergembira para kader KB se-Jabar yang diikuti sekitar 4.000 orang.

BERKAITAN dengan itu, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Barat, H. Rukman Heryana dalam laporannya menjelaskan, tahun 2010, jumlah peserta KB di Jawa Barat mencapai 6,7 juta akseptor. Tahun 2011, ditargetkan, jumlah peserta KB naik hingga 400 akseptor.
Untuk pencapaian tersebut, pemerintah Provinsi Jawa Barat mengganggarkan dana sebesar 10 milyar rupiah. Anggaran tersebut di antaranya untuk memperkuat posisi PLKB, Pos KB, institusi KB, dan bidan desa di Jawa Barat. Kepala BKKBN Jawa Barat, Drs. Rukman Heryana, M.M. mengatakan, salah satu upaya untuk mengendalikan angka kelahiran, bupati walikota di Jawa Barat menambah jumlah PLKB setidaknya 200 orang perwilayah.
(C-002)*** file : BISNIS BANDUNG ed.7 bln. Februari 2011

Menakertrans Resmikan Balai Pelayanan TKI Terpadu Jawa Barat

BANDUNG, (BB) --Permasalahan tenaga kerja terutama TKI yang bekerja di luar negeri, merupakan salah satu masalah yang hingga kini masih terus terjadi. Menjadi TKI memiliki daya tarik tersendiri bagi sebagian masyarakat Indonesia, di antaranya masalah gaji yang lebih besar. Untuk menghindari pemalsuan dokumen calon TKI , meminimalisasi percaloan, dan mencegah pengiriman TKI illegal, Menteri Tenaga Kerja dan transmigrasi muhaimin iskandar, meresmikan Balai Pelayanan TKI Terpadu Jawa Barat, Rabu kemarin. Peresmian dihadiri juga oleh Gubernur Jabar Achmad Heryawan, Wagub Jabar Dede Yusuf, dan Kadisnakertrans Jabar, Mustafa Djamaludin.
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Muhaimin Iskandar mengatakan ”Pelayanan ini mencakup pendataan proses dokumen calon TKI yang bekerja di luar negeri, data kepulangan TKI, serta data pengaduan permasalan TKI..” Sistem pelayanan terpadu ini merupakan dan menjadi projek percontohan di Indonesia. Pelayanan online satu atap, menjadi langkah awal menghindari pemalsuan dokumen calon TKI dan mengurangi resiko pengiriman TKI illegal.
Melaui sistem ini, pendataan TKI dilakukan melalui Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, selanjutnya akan terpusat pada sistem pendataan BNP2TKI. Setiap data yang masuk selanjutnya dapat diakses di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten/ Kota di Jawa Barat. Pelayanan sistem online ini sangat diperlukan oleh daerah yang menjadi kantong TKI, agar keberadaan calon TKI dapat diketahui secara pasti. Ke depannya Balai Pelayanan TKI Terpadu seperti ini akan dibangun di seluruh Indonesia.
(D-016) *** file BISNIS BANDUNG edisi 7 Bln. Februari 2011

Tuesday, February 8, 2011

Kerajinan Bambu Ukir Punya Pasar Luas

KITA tidak merasa asing lagi melihat pohon bambu saat dalam perjalanan. Lebih sering lagi kita temui rumpun bambu di hutan belukar, ngarai, tepi sungai atau di dataran rendah yang panas. Pada musim hujan, pohon yang termasuk klasifikasi rumput ini, tampak begitu rimbun menyedapkan mata. Saat musim panas, daunnya sebagian menguning tatkala rumput sekitarnya terbakar matahari.

Penyebaran yang luas memungkinkan banyak sekali penggunaan bambu untuk tujuan yang berbeda, diantaranya untuk sumpit di kawasan Asia Timur seperti Jepang dan Korea, bahan anyaman untuk wadah, perangkap ikan, sampai alat musik dan obor penerangan. Bambu juga biasa dipakai untuk pagar rumah. Ada beraneka pohon bambu, dari jenis petung, apus, tulup, bambu kuning dan banyak lagi variannya. Bambu memiliki serat paling banyak dibandingkan jenis kayu lainnya.

Di tangan Nandang, bambu atau awi dalam bahasa Sunda, bisa dibuat menjadi sebuah kerajinan yang menghasilkan karya indah dan bermanfaat. Awalnya, pria berusia 60 tahun ini adalah karyawan pabrik. Sejak lama Nandang memiliki hobi mengukir benda dari bahan kayu. Namun beberapa tahun ini, sejak meninggalkan pekerjaannya sebagai buruh pabrik, bapak satu anak ini mencoba menggunakan media lain untuk mengukir, yaitu bambu.
Sudah banyak kerajinan bambu ukir yang dihasilkannya. Salah satunya adalah ukiran bambu yang memiliki relief berupa ular naga. Tidak hanya itu, Nandang pun menghasilkan beberapa karya lain, di antaranya ukiran kaligrafi, vas bunga, gelas, hiasan dinding dan masih banyak ragam yang lainnya yang terbuat dari bambu.

Waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan satu buah ukiran dari bambu, tergantung ukuran dan tingkat kesulitan pada bentuk yang diinginkan. Nandang bisa membuat sebuah ukiran bambu dalam waktu dua jam saja. Namun untuk ukiran dengan tingkat kesulitan tinggi dan berukuran tinggi 3 meter, Nandang membutuhkan waktu tak kurang dari 5 hari.
Proses pembuatannya dilakukan seorang diri, di tempat kediamannya di kawasan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang. Hanya dengan beberapa alat ukir saja, ia bisa membuat ukiran dari media bambu tersebut. Nandang menuturkan hasil kerajinan bambu ukir yang dibuatnya belum dipasarkan secara luas di masyarakat umum. Kendati demikian, Nandang mengaku sudah ada peminat dari negara tetangga atas hasil kerajinan bambu ukirnya.

Berbagai jenis kerajinan bambu ukir ini harga jualnya berbeda-beda, tergantung tingkat kesulitannya. Harga terendah adalah 50 ribu rupiah, hingga bernilai jutaan rupiah. Nandang mengatakan masih banyak hotel, restoran dan rumah makan khas Sunda yang tidak dilengkapi hiasan ornamen bambu. Padahal kerajinan bambu identik dengan budaya Sunda. Nandang berharap hasil karyanya dengan bentuk yang berbeda dari kerajinan bambu lainnya, dapat bermanfaat sebagai hiasan di tempat-tempat tadi, atau bahkan di rumah sendiri.
[D-025] *** file BISNIS BANDUNG 2011

Jawa Barat Sulit Untuk Lepas dari Pengangguran

BANDUNG,(BB) – Jawa Barat sejauh ini masih mengalami kesulitan untuk mengatasi jumlah pengangguran. Saat ini, di JawaBarat terdapat sekitar tiga juta penganggur murni. Tingkat pengangguran yang cukup tinggi ini telah menimbulkan berbagai dampak sosial.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jabar, Drs.H.Mustopa Djamaludin.MSi menjawab pertanyaan BB mengatakan, tingkat pengangguran di Jabar sejauh ini memang cukup tinggi dan tidak berkurang. Itu karena Jabar merupakan daerah migrasi penduduk . Mereka datang untuk mengadu nasib di kota/kabupaten wilayah Jawa Barat. Misalnya , Kota Bandung sebagai ibukota provinsi sangat merasakan dampak dari migrasi penduduk tersebut.
Menurut Mustopa, berdasar hasil pencacahan, pada tahun 2011 akan ada sekitar 550.000 kesempatan kerja. Dari jumlah kesempatan kerja sebanyak itu, 60% untuk kebutuhan sektor informal.Antara lain untuk bidang jasa kontruksi, perumahan, jaringan jalan, moda angkutan dan untuk jasa kuliner. Untuk perumahan, pada tahun 2011 ini di Jawa Barat akan dibangun sekitar 60.000 rumah dalam berbagai tipe
Pada tanggal 9 Pebruari 2011 mendatang, pihak Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi bekerjasama dengan APJATI akan melakukan launching Balai Pelayanan Terpadu.
Balai ini sebagai pusat informasi yang membangun jaringan dengan badan/instansi terkait , seperti BKPMD, Kadin, investor juga jaringan antar negara . Balai Pelayanan Terpadu (BPT) di Jabar baru ada di dua kota, yakni di Sukabumi dan Subang.
Para investor atau lembaga yang membutuhkan tenaga kerja tinggal menghubungi BPT.
Terkait dengan upaya untuk mencetak tenaga kerja terampil, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jabar mengatakan, akan menghidupkan kembali mobil keliling Balai Latihan Kerja yang akan mengunjungi pelosok pedesaan. Peserta didik akan dilatih keterampilan sesuai dengan kebutuhan atau celah pasar .
“Mulai dari keterampilan service dynamo, pemasangan instalasi listrik , service tv, service hp, konpeksi, tatarias wajah/penganten dan tataboga,” tutur Mustopa memberi gambaran tentang materi latihan.
Penerapan materi itu, sejalan dengan perkembangan kebutuhan tenaga terampil di pedesaan. Saat ini kepemilikan sepeda motor contohnya, sudah meluas sampai kepelosok desa yang jauh dari jangkauan bengkel besar sepeda motor. Ada sekitar 6 juta sepeda beredar di wilayah Jawa Barat. Melihat peredaran sepeda motor di pedesaan, ini merupakan celah usaha untuk membuka bengkel.
Wirausaha Mandiri
Lebih lanjut dikatakan, selain menyelenggarakan pendidikan keterampilan dengan
mengirim petugas mobil keliling Balai Latihan Kerja ke pedesaan. Pihak Disnaker juga mendorong lembaga/penyelengara pendidikan keterampilan untuk fokus dalam memberi materi pada bidang yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar. Jika mendidik calon wirausaha, diarahkan untuk menjadi wirausaha yang mandiri. Begitu halnya dalam mempersiapkan tenaga kerja yang akan dikirim ke luar negeri.
Selama ini menurut Mustopa, banyak masalah yang mencuat menimpa tenaga kerja di luar negeri karena beberapa faktor. Mulai masalah bahasa, keterampilan , pengetahuan mengenai peralatan rumah tangga dan budaya. Tambahan ilmu pengetahuan dan keterampilan disesuaikan dengan negara yang membutuhkan. Untuk negara-negara Arab, calon tenaga kerja tentu harus mampu atau menguasai bahasa Arab atau bahasa mandarin untuk negara yang berbahasa Cina, seperti Hongkong dan Taiwan.
Pengetahuan mengenai peralatan rumah tangga juga tidak kalah pentingnya, diantaranya cara penggunaan setrika uap, mesin cuci serta alat masak makanan sampai alat pemanas air. Dari ketidak tahuan menggunakan peralatan dapur tersebut tidak jarang mencuatkan masalah.
“Karena tidak tahu cara penggunaan setrika uap, kain yang tengah dihaluskan jadi rusak. Kejadian tersebut, tentu saja bisa menimbulkan kemarahan si pemilik pakaian,” ungkap Mustopa mencontohkan hal seperti sepele, tapi dapat mencuatkan masalah antara majikan dan pekerja.
Tahun lalu jumlah kesempatan kerja mencapai sekitar 480 juta dengan rincian kebutuhan untuk jasa konstruksi 300.000 orang , transmigrasi 685 kepala keluarga, BPPMD 100.000 orang, angkatan kerja antar negara (AKAN) 24.000 orang, angkatan kerja antar daerah (AKAD) 12.000 orang dan AKL 47.000 orang. Sementara antara tahun 2005 – 2008, sejumlah pekerja mengikuti program magang di Jepang setelah melalui proses seleksi. Pada tahun 2005 jumlah peserta yang mengikuti seleksi magang sebanyak 1800 orang-diterima 200 orang, tahun 2006 peserta seleksi 700 orang – diterima 160 orang, 2007 peserta seleksi 920 orang – diterima 114 orang dan tahun 2008 peserta seleksi sebanyak 800 orang – diterima 115 orang.
(B-003)*** BISNIS BANDUNG edisi 6 bulan Februari 2011

Produk Berbahan Baku Rotan Menyumbang Devisa Negara Cukup Besar

Eksportir sebagian besar berada di wilayah Cirebon, Jawa Barat.
BANDUNG,BB - Produk berbahan baku rotan merupakan salah satu aset yang menjadi ciri khas Jawa Barat yang perlu dikembangkan dan dilestarikan keberadaannya. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan sehingga produk rotan dapat bersaing dikancah internasional, salah satu diantaranya yaitu melalui desain produk yang di hasilkannya. Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan berkomitmen untuk terus mendorong pengembangan industri kerajinan berbahan baku rotan. Apalagi, industri seat rotan merupakan salah satu aset pembangunan ekonomi Jawa Barat dan nasional, sekaligus menyumbang devisa negara yang cukup besar.
“Pemerintah Jawa Barat mendukung segala upaya untuk mendorong kembali industri rotan sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi masyarakat. Tentunya dibutuhkan perhatian serta sinergitas di antara segenap stake holders, baik pemerintah, pelaku bisnis, masyarakat maupun perguruan tinggi untuk bersama mengatasi berbagai permasalahan tersebut,” kata Heryawan, dalam sambutannya pada acara Pameran dan Penganugerahan Kompetisi Desain Produk Rotan tahun 2010 di Gedung New Majestic, Jalan Braga, Kota Bandung , Jumat lalu.
Gubernur mengatakan, sangat disayangkan bila dalam kurun waktu dua tahun terakhir ini, perkembangan industri funiture rotan kurang menggembirakan. Sehingga perlu upaya bersama dalam mendongkrak kembali perkembangan industri rotan nasional, khususnya di Jawa Barat. Salah satunya melalui gerakan cinta produk dalam negeri, pengembangan industri rotan, send teknologi, inovasi, dan informasi yang sesuai dengan perkembangan zaman.
Dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat diperoleh keterangan, tahun 2010 lalu, dalam konstelasi nasional, nilai ekspor produk seat dan kerajinan Indonesia mengalami penurunan sebesar 15,25 persen. Pada tahun 2009, nilai ekspor seat 2,249 triliun dolar AS, dimana kontribusi dari produk berbahan baku rotan mencapai 7,84 persen, kayu sebesar 59,48 persen dan steel sebesar 8,10 persen, dengan negara tujuan Amerika Serikat (AS) sebesar 25,96 persen, Perancis 10,89 persen, dan Jepang sebesar 10,81 persen.
Dari keseluruhan nilai ekspor seat yang begitu besar itu, ternyata kontribusi para pengusaha eksportir seat berbahan baku rotan adalah terbesar mencapai 60 persen (413 perusahaan) yang berada di wilayah Cirebon, Jawa Barat. “Tidaklah mengherankan, jika industri rotan di Cirebon menjadi andalan masyarakat dengan menyerap tenaga kerja yang cukup banyak, serta mampu meningkatkan pendapatan dan daya beli masyarakat,” tutur Heryawan .
Heryawan mengingatkan pemerintah daerah dan instansi di seluruh kabupaten/kota se-Jawa Barat, agar senantiasa memberi dukungan dalam pengembangan usaha para pengrajin rotan, serta turut memfasilitasi kepentingannya, baik dalam kegiatan promosi, penyediaan peralatan, bantuan permodalan maupun pelatihan industri rotan.
(C-004/D-008)*** BISNIS BANDUNG edisi 6 bulan Februari 2011

Tahun Kelinci Ekonomi Stabil

TAHUN Baru Imlek 2562 jatuh pada hari Kamis, 3 Februari 2011. Besoknya, Jumat, 4 Februari 2011 terjadi estafet shio dari Tahun Macan ke Tahun Kelinci. Menurut kepercayaan Tionghoa, pergantian dari macan ke kelinci membawa perubahan yangt sedikit menggembirakan.
Sesuai dengan sifat kelinci yang licah dan anggun, Tahun Kelinci juga akan ditandai dengan keanggunan, sopan santun, penuh keindahan. Sikap manusia akan lebih santun, lemah lembut, tanpa kekerasan.
Perniagaan atau ekonomi jauh lebih stabil. Kesejahteraan akan lebih baik. Hal itu dikuatkan dengan sesanti Tahun Kelinci yakni “Harta benda Menghiasi Rumah dan Laku Bijak Menghiasi Diri”. Namun menurut tetua di Majlis Agama Konghucu, tidak berarti masyarakat bisa berlaku santai atau seenaknya. Tantangan yang “melawan” Tahun Kelinci itu juga banyak dan berat. Apalagi Tahun Kelinci ini disebut juga Tahun Kelinci Logam. Ada unsur unsur logam pada shio logam yang bisa saja justru menjadi penghalang atau hambatan. Kesejahteraan dan ekonomi yang meningkat, bukan mustahil akan berantakan Tentu saja harapan semua orang, unsure logam pada shio kelinci itu justru menjadi penguat segala kebaikan tahun 2562 ini.
Karena itu sebagai anggota masyarakat, manusia harus selalu membaca diri, introspeksi, dan melakukan perniagaan atau pekerjaan dengan sikap jujur serta selalu berbuat baik, Harapan itu disampaikan jemaat Kelenteng Xie Tian Gong atau Vihara Satya Budhi.
Perayaan Imlek Masuki Tahun Kelinci
Ribuan umat Kong Hu Cu dan turunan Tionghoa, mulai memadati Vihara Satyabudhi di kawasan Sudirman Bandung. Perayaan Tahun Baru Cina atau Imlek dilakukan dengan cara beribadah ke vihara, sambil mengucap syukur, serta pengharapan yang lebih baik di masa depan. Berbagai sesaji berupa dupa hingga buah-buahan dimaknai sebagai persembahan kepada dewa.
Tahun baru kali ini memasuki kejayaan kelinci emas. Berdasarkan mitologi cina atau fengshui, kelinci memiliki sifat cekatan, keindahan, serta keanggunan. Tahun kelinci dipercaya membawa kebaikan dan kedamaian. Hal tersebut akhirnya memberikan harapan agar kedamaian di dunia dapat terwujud.
Perayaan imlek tidak terlepas dengan puluhan pengemis yang telah menunggu di halaman vihara. Adanya budaya memberikan sumbangan atau angpao bagi orang tidak mampu, menjadi alasan puluhan pengemis rela rebutan mendapatkan uang sumbangan dari pengunjung vihara.
Pelepasan Burung Pipit, Simbol Buang Sial
Perayaan Imlek disambut suka cita oleh umat Kong Hu Cu dan turunan Tionghoa. Berbagai tradisi serta mitos selalu berkaitan dengan perayaan imlek. Selain tradisi kue keranjang serta angpao, perayaan Imlek juga mengenai mitos pelepasan burung pipit. Pelepasan burung pipit tersebut merupakan simbol membuang sial, sehingga dalam menjalani sepanjang tahun baru, diharapkan dapat terwujud kehidupan lebih baik. Biasanya, pelepasan burung pipit dilakukan setelah peribadatan di vihara.
Mitos pelepasan burung pipit memberikan keuntungan tersendiri bagi penjual burung pipit, salah satunya Cece. Cece merupakan pedagang burung pipit yang telah berjualan di Vihara Satyabudhi Bandung, sejak enam tahun lalu. Satu burung pipit ia hargai berkisar seribu rupiah. Biasanya, pengunjung vihara membeli burung pipit hingga puluhan ekor.
Diakui Cece, perayaan imlek tahun ini tidak seramai tahun lalu. Tahun lalu, ia bisa menjual burung hingga 4 ribu ekor. Namun, tahun ini ia baru menjual seribu ekor. Ribuan burung pipit Cece dapatkan dari beberapa daerah, diantaranya Ciwidey dan Cimahi.
(D-004) *** BB edisi 6 bulan Februari 2011

Monday, February 7, 2011

Kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah

BANDUNG, BB—Banyak pelaku bisnis belum mengerti kriteria usaha yang mereka jalankan. Pada umumnya mereka hanya melakukan bisnis untuk memenuhi kebutuhan nafkah dirinya sendiri dan keluarga. Padahal di negara maju seperti Amerika, Eropa, Jepang, dan China, pelaku usaha mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah. Dorongan terus menerus diberikan pemerintah agar pelaku usaha terus berkarya dan berproduksi dengan target pemenuhan kebutuhan domestik.

Pemahaman pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Bandung tentang teknis kewirausahaan masih rendah, menurut Manajer Badan Promosi Pengelola Keterkaitan Usaha (BPPKU) Kadin Kota Bandung Bambang Tris Bintoro, dari 17.000 UMKM di Kota Bandung baru sekitar 2.400 UMKM yang memahami Kewirausahaan.

Bambang menjelaskan, kriteria dan karakteristik UMKM di Kota Bandung perlu disosialisasikan, ketika BB berkunjung ke ruang kerjanya di Gedung Graha Kadin, Jl. Talaga Bodas, Bandung.

Kriteria Usaha Mikro menurut UU No. 20 tahun 2008 tentang UMKM. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan /atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang itu. Kriteria usaha mikro adalah sebagai berikut : memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300 juta.

Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar.
Kriteria usaha kecil adalah sebagai berikut:memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50 juta, paling banyak Rp 500 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300 juta banyak Rp 2,5 miliar

Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
Kriteria usaha menengah: memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500 juta paling banyak Rp 10 miliar, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2,5 miliar paling banyak Rp 50 miliar.

Kekayaan bersih tidak termasuk tanah dan bangunan untuk kriteria usaha mikro adalah Rp 50 juta dengan ikhtisar omset pertahun paling banyak Rp 300 juta. Usaha kecil dari lima puluh juta rupiah paling banyak Rp. 500 juta dengan hasil penjualan pertahun lebih dari Rp 300 juta paling banyak Rp 2,5 iliar. Sedangkan Usaha Menengah lebih dari Rp. 500 juta sampai dengan paling banyak Rp. 10 Milyar dengan hasil penjualan tahunan ( Omset/tahun ) lebih dari Rp. 2,5 Milyar sampai dengan paling banyak Rp. 50 Milyar.

Karakteristik usaha mikro biasanya dilakukan secara informal, tidak memiliki rencana bisnis yang formal. Status legal sering kurang lengkap, bahkan tidak ada. Dilakukan oleh kelompok, yang sebagian besar oleh kelompok perempuan miskin. Barrier to entry (hambatan untuk masuk bisnis ini) nyaris tidak ada.Pertumbuhan usaha lambat.Umumnya multi- usaha.Perputaran usaha relatif cepat. Daya tahan terhadap perubahan lingkungan dan tekanan ekonomi cukup tinggi.
Pertumbuhan aset tidak meningkat secara signifikan. Jumlah tenaga kerja kurang dari empat orang.
Mempunyai administrasi keuangan yang mulai tertata, walaupun masih sederhana. Dijalankan oleh keluarga (tenaga kerja berasal dari anggota keluarga ini, maupun saudara dekat), maupun oleh kelompok. Barrier to entry relatif nyaris tidak ada. Sering berganti jenis usaha. Sebagian besar bersifat multi-usaha. Perputaran usaha relatif cepat. Pertumbuhan usaha tidak mudah meningkat secara signifikan. Jumlah tenaga kerja paling sedikit lima sampai 19 orang.

Usaha menengah memiliki karakteristik seperti skala usaha mulai besar. Telah ada struktur organisasi dan delegasi wewenang untuk pengambilan keputusan. Administrasi keuangan pada umumnya tertib dan mulai akurat. Telah ada pembagian dalam manajemen. Direktur keuangan biasanya mendapat tanggung jawab dalam melakkukan kebijakan pembiayaan perusahaan. Rata-rata memiliki Legalitas. Jumlah tenaga kerjanya kisaran 20 sampai dengan 99 orang atau kurang dari 100 orang. [C-004] *** BISNIS BANDUNG edisi 5 bulan Januari 2011